Konon di desa Dadapan tinggallah seorang janda yang sangat miskin dan hina, dengan anak yang sangat tampan, gagah dan perkasa bernama Ande-Ande Lumut. Banyak sudah gadis yang melamarnya, tetapi tak satupun diterima. “Bagaimana dengan gadis-gadis yang mengharapkan engkau menjadi suaminya, Nak?” , Tanya Nyi Dadapan sambil bekerja kepada Ande-Ande Lumut. Ande-Ande Lumut diam sesaat dan berkata, “Saya belum berpikir tentang pernikahan, Bu?”. Karena mengerti anak angkatnya belum berhasrat untuk membicarakan tentang pernikahan, maka Nyi Dadapan berhenti membicarakan hal itu.
Tak jauh dari desa Dadapan terdapat
sebuah desa yang bernama Karang Wulusan. Syahdan, desa itu terpisah oleh
sebuah sungai yang cukup besar dari desa Dadapan. Di sana tinggallah seorang
janda yang hidup berkecukupan bernama Nyi
Menah. Ia mempunyai enam orang anak yang cantik-cantik
bernama : Kleting Merah, Kleting Hijau, Kleting Biru, Kleting Ungu, Kleting
Kelabu, Kleting Hitam. Pada suatu hari datanglah seorang gadis berpakaian kotor,
gadis itu bernama Kleting Kuning. “Saya sangat lapar dan haus
sudihkah nona memberi makan dan minum?”, pinta gadis itu. Keenam gadis itu
mencemooh. Untunglah Nyi Menah segera mengajak gadis atu, memberinya makan dan
minum serta ganti pakaian.
“Eh, Kleting Kuning, jemput bawaan ibu
itu”, perintah Kleting Merah dengan nada kasar. Kleting Kuning segera menjemput
Nyi Menah yang pulang dari pasar. Kleting Kuning
seorang anak yang rajin, seadngkan keenam gadis anak Nyi
Menah pemalas dan pekerjaannya hanya bersolek. “Di
desa Dadapan ada seorang jejaka tampan yang
menginginkan seorang istri, namanya Ande-Ande Lumut, nah kalian
segera ke sana ,”
kata Nyi Menah kepada keenam anak gadisnya.
Keenam gadis itu segera
berangkat. Mereka saling mendahului agar segera terpilih
menjadi istri Ande-Ande Lumut. Tiballah mereka di pinggir sungai
yang memisahkan desa Dadapan dan Karang Wulusan. “Bagaimana caranya kita
menyeberang?” Keluh Kleting Biru. Tiba-tiba muncullah ketam raksasa
bernama Yuyu Kangkang. Mau kemanakah kalian ini?”. Tanya YUyu Kangkang. Kami mau
menyeberangi sungai ini, maukah kau menolong kami, “ pinta Kleting Merah.
Kemudian Yuyu Kangkang mengajukan syarat. “Jika aku sudah menyeberangkan kalian,
maka aku akan mencium kalian satu persatu”. Pada awalnya keenam gadis itu
menolak, tapi itulah jalan stu-satunya untuk sampai ke
seberang sungai. Dengan terpaksa mereka menyetujui permintaan. Setelah itu
Yuyu Kangkang dengan cekatan menyeberangkan keenam Kleting
itu.
Setelah sampai di seberang sungai. “Geli
aku!, bau, teriak keenam Kleting itu setelah mereka diseberangkan Yuyu Kangkang.
Namun mereka tidak bias mengingkari janji. Yuyu Kangkang langsung mencium
Kleting itu satu persatu. Dalam pikiran mereka yang penting segera bertemu
dengan pria idaman yang tak lain adalah Ande-Ande
Lumut.
Sesampainya di rumah Nyi Dadapan, keenam
Kleting segera masuk dan memperkenalkan diri. “Sekarang kalian maju
satu persatu, mulai dari Kleting yang paling tua”, kata Nyi
Dadapan. Kleting Merah segera maju. Ia berjalan lenggak-lenggok
berusaha menarik perhatian Ande-Ande Lumut. Sementara itu, Nyi
Dadapan melantunkan lagu. “Anakku, si Ande-Ande Lumut temuilah ada gadis yang
ingin melamarmu, si gadis nan cantik rupawan Kleting Merah yang jadi
namanya”. Jawab Ande-Ande Lumut. “Duh ibu saya belum menerima rupa
cantik bekas si Yuyu Kangkang. Kleting Merah sangat kecewa, begitupun
Kleting lainnya.
Sementara itu, setelah menyelesaikan
pekerjaannya Kleting Kuning berangkat menyusul keenam Kleting.
Tibalah ia di tepi sungai besar. “Hai gadis manis, tentu kau ingin menyeberang.
Mari kutolong, tapi dengan syarat kau harus kucium”, kata
Yuyu Kangkang dengan mantap. “Hep”, Kleting Kuning segera naik ke
punggung Yuyu Kangkang. Ia duduk dengan baik. Dengan perlahan-lahan
Yuyu Kangkang berenang menuju tepi sungai di seberang. “Krubyuk sengok, Krubyuk
sengok, Krubyuk sengok”, begitulah irama Yuyu Kangkang berenang.
Setelah mereka tiba di seberang, Kleting
Kuning segera membuka kotoran ayam yang dibungkus daun pisang. Lalu dioleskannya
di kedua pipinya. Yuyu Kangkang kemudian menagih janji.
“Sekarang aku tinggal menciummu gadis
manis”. Kleting Kuning segera memasang pipinya yang diolesi kotoran ayam.
“Tobat, bau, aku muak, aku tidak mau menciummu. Pergi!”, teriak
Yuyu Kangkang sambil meninggalkan Kleting Kuning.
Kleting Kuning tiba di rumah Nyi Dadapan.
“Dinda Candra Kirana, akhirnya kau kutemukan!”, kata Pangeran Inu
Kertapati yang telah menyamar sebagai Ande-Ande Lumut.
Kleting Kuning tergagap dan bingung, ketika
menyadari dirinya dihampiri seorang Pangeran. Akhirnya dua
sejoli, putra dan putrid raja itu bertemu kembali.
Pada hari pernikahannya, mereka tidak lupa menjemput Nyi
Dadapan, Nyi Menah dan keenam anak gadisnya. Akhirnya mereka hidup
bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar